Seni Lukis Kontemporer merupakan Suatu
pelepasan dari Seni Luki. Seni lukis mulai memperlihatkan “sikap anehnya”
setelah fotografi ditemukan pada abad 19. Beberapa ahli sejarah seni
berpendapat bahwa penemuan fotografi telah mengakhiri otoritas seni lukis dalam
hal “meniru alam”. Konsep Art Imitating Nature dengan sendirinya mendekati
kuburan. Tidak ada seniman yang mau bersaing dengan fotografi dalam hal:
kecepatan, ketepatan, keakuratan, dan kemiripan. Masa itu disebut sebagai masa
krisis representasi realitas atau awal penyebab kelahiran seni lukis modern.
(Seni Lukis Kontemporer yang tidak lagi meniru Alam)
Sejak itu seni lukis mengambil langkah baru
untuk memapankan kembali otoritasnya, yaitu menggambar realitas dengan cara
yang tidak bisa dilakukan fotografi. Paul Cezanne (ini biangnya seni lukis
modern) termasuk yang pertama menerapkan langkah itu dengan melukis efek
pencerapan dari realitas. Dia menggambarkan pandangan subyektif dari realitas
dengan memasuk unsur ketidakpastian di dalamnya. Artinya, persepsi kita
terhadap suatu objek, baik keragaman sudut pandang maupun keraguan apa yang
kita lihat diakumulasikan ke dalam kanvas sebagai konsep menggambar.
Seni lukis modern mengalami krisis pada awal
tahun 1970. Penyebabnya adalah penciptaan karya seni lukis menjadi terlalu
mudah. Setiap gaya dari sebuah karya yang baru diciptakan seolah-olah telah ada
sebelumnya. Karena penciptaan karya yang terlalu mudah dan jenis karya seni
lukis pun tidak terbatas jumlahnya, maka timbul kekaburan batas-batas estetika.
Sampai akhirnya ada seruan bahwa segala sesuatu telah sampai pada akhir.
Kalaupun praktek seni lukis masih berlanjut maka semata-mata hanya menampilkan
kekosongan makna. Di tengah kekacauan ini seni lukis kontemporer muncul.
Kemunculan seni lukis kontemporer
ditandai dengan tidak ada lagi aturan atau kategori yang dipakai untuk
menghakimi sebuah karya yang tidak lazim. Aturan-aturan atau kategori-kategori
adalah apa yang dicari oleh karya seni itu sendiri. Seniman berkarya tanpa
aturan untuk menemukan aturan dari apa yang telah dilakukannya.
(Seni Kontemporer Abstraksi)
Seni lukis kontemporer tidak peduli dengan
estetika atau bahkan membuang sama sekali proses estetika. Sering kali
karya-karya seni lukis ini hanya membuat shock penonton dari pada kesenangan
estetik. Seni lukis ini terkadang tidak bisa lepas dari ideologi politik dan
diperalat untuk memperjuangkan kepentingan ideologi yang bersifat advokatif.
Akibatnya, banyak karya-karya lukis kontemporer yang hadir dengan penampilan
radikal untuk menarik perhatian. Para seniman seni lukis kontemporer
yakin bahwa seni bisa digunakan sebagai salah satu alat untuk perubahan sosial.
(SENI GAMBAR KONTEMPORER-INDONESIA)
Begitulah seni lukis berubah wajah dari waktu
ke waktu hingga berwajah seperti sekarang ini. Meskipun demikian ada saja yang
mengapresiasi hingga karya tersebut dapat bertahan hidup. Di sisi lain ada
kekuatan yang bermodal besar yang melegitimasinya menjadi sebuah selera. Tentu
saja selera pasar. Mereka adalah para pedagang seni dan kolektor-kolektornya.
Dengan kreativitas “olah” mereka merubah karya seni menjadi komoditi yang layak
dijual. Yang mengejutkan seniman yang “anti pasar” sekalipun tidak mampu
menolak karyanya dilegitimasi sebagai komoditi.
0 komentar